Jumat, 24 April 2009


Apa kabar sobat Blogger....

Kali ini saya sangat akan sedikit membahas Tukar link. Katanya salah satu cara untuk menaikan ranking kita di Google ataupun beberapa mesin pencari internasional adalah dengan melakukan linkback atau tukar link antar sesama blog ataupun dengan situs - situs lain yang melakukan pertukaran link. Kenapa kita harus melakukan tukar link?


Pertama, dengan melakukan pertukaran link maka kita akan memiliki kesempatan memperoleh popularitas di internet, artinya situs ataupun blog kita akan memiliki peluang tampil di urutan terdepan dalam situs - situs pencarian seperti google. Hal ini akan sangat mempengaruhi kunjungan orang ke situs ataupun blog kita. Semakin popular blog ataupun situs kita, maka semakin banyak orang mampir dan melihat situs atau blog kita dan tentunya peluang tampil dengan urutan teratas semakin besar.


Ketiga, dengan melakukan pertukaran link, maka kita memiliki peluang untuk memperoleh teman maupun sahabat di dunia maya. Nah kalau sudah begitu banyak hal yang bisa kita peroleh dari teman - teman kita itu, contohnya saja pertukaran informasi menarik bahkan teman - teman kita itupun bisa dapat membantu kita dalam banyak hal. Nah menarik kan?Itu hanya sebagian alasan mengapa kita harus melakukan pertukaran link, ada banyak alasan lain yang membuat kita wajib melakukan pertukaran link. Nah saat ini saya pun menyediakan spasi yang lumayan luas untuk melakukan pertukaran link antar sesama blogger ataupun situs - situs lainnya. Nah bagi anda yang ingin bertukar link silahkan isikan komentar di blog ini dan juga silahkan memasukan link saya ke blog atau situs anda dengan format sebagai berikut :ketik your name dan your url


Kedua, dengan melakukan pertukaran link maka peluang usaha atau peluang memperoleh penghasilan di internet semakin besar. Mengapa demikian? Tentu saja, semakin popularnya situs kita, maka semakin banyak orang mengenal situs atau blog kita. Nah itu peluang, banyak orang memanfaatkan peluang itu dengan mengiklankan produk mereka di situs ataupun blog kita karena mereka tahu kalau mereka memasukan iklan mereka di situs ataupun blog kita, peluang orang yang melihat iklan mereka semakin besar, dan peluang pendapatan mereka pun besar. Nah itu sebabnya banyak orang memanfaatkan peluang ini. Selain itu dengan semakin popularnya situs atau blog kita maka kita bisa memanfaatkan hal tersebut dengan mendaftar blog atau situs kita pada Pekerjaan Paid Review, nah tentu saja ini pun mendatangkan peluang usaha yang menjanjikan.

Ketik user name dengan judul Blog Title anda dan Blog URL anda.

Sebagai contoh, anda bisa langsung pasang link blog anda dibawah ini

Senin, 06 April 2009

Kisah Wanita Yang Selalu Berbicara Dengan Bahasa Al-Qur'an

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta'ala :
Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu 'alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua. Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya. Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.

Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya.

Abdullah : "Assalamu'alaikum warahma wabarakaatuh."
Wanita tua : "Salaamun qoulan min robbi rohiim." (QS. Yaasin : 58) (artinya : "Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih")

Abdullah : "Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?"
Wanita tua : "Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu." (QS : Al-A'raf : 186 ) ("Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya")

Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.

Abdullah : "Kemana anda hendak pergi?"
Wanita tua : "Subhanalladzi asra bi 'abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa." (QS. Al-Isra' : 1) ("Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa")

Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji dan hendak menuju ke masjidil Aqsa.

Abdullah : "Sudah berapa lama anda berada di sini?"
Wanita tua : "Tsalatsa layaalin sawiyya" (QS. Maryam : 10) ("Selama tiga malam dalam keadaan sehat")

Abdullah : "Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?"
Wanita tua : "Huwa yut'imuni wa yasqiin." (QS. As-syu'ara' : 79) ("Dialah pemberi aku makan dan minum")

Abdullah : "Dengan apa anda melakukan wudhu?"
Wanita tua : "Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha'idan thoyyiban" (QS. Al-Maidah : 6) ("Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih")

Abdulah : "Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?"
Wanita tua : "Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil." (QS. Al-Baqarah : 187) ("Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam")
Abdullah : "Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?"
Wanita tua : "Wa man tathawwa'a khairon fa innallaaha syaakirun 'aliim." (QS. Al-Baqarah : 158) ("Barang siapa melakukan sunnah lebih baik")

Abdullah : "Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?"
Wanita tua : "Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta'lamuun." (QS. Al-Baqarah : 184) ("Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui")

Abdullah : "Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?"
Wanita tua : "Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun 'atiid." (QS. Qaf : 18) ("Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid")

Abdullah : "Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?"
Wanita tua : "Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam'a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana 'anhu mas'ula." (QS. Al-Isra' : 36) ("Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan")

Abdullah : "Saya telah berbuat salah, maafkan saya."
Wanita tua : "Laa tastriiba 'alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum." (QS.Yusuf : 92) ("Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu")

Abdullah : "Bolehkah saya mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan, karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan."
Wanita tua : "Wa maa taf'alu min khoirin ya'lamhullah." (QS Al-Baqoroh : 197) ("Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya")


Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :

Wanita tua : "Qul lil mu'miniina yaghdudhu min abshoorihim." (QS. An-Nur : 30) ("Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka")

Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku. Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap lagi.

Wanita tua : "Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum." (QS. Asy-Syura' 30) ("Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri")

Abdullah : "Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu."
Wanita tua : "Fa fahhamnaaha sulaiman." (QS. Anbiya' 79) ("Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman")

Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilahkan wanita tua itu naik.

Abdullah : "Silahkan naik sekarang."
Wanita tua : "Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun." (QS. Az-Zukhruf : 13-14) ("Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami")

Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.

Wanita tua : "Waqshid fi masyika waghdud min shoutik" (QS. Lukman : 19) ("Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu")

Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair, Wanita tua itu berucap.

Wanita tua : "Faqraa-u maa tayassara minal qur'aan" (QS. Al- Muzammil : 20) ("Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an")

Abdullah : "Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak."
Wanita tua : "Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab." (QS Al-Baqoroh : 269) ("Dan tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu")

Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.

Abdullah : "Apakah anda mempunyai suami?"
Wanita tua : "Laa tas-alu 'an asy ya-a in tubda lakum tasu'kum" (QS. Al-Maidah : 101) ("Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu")

Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.

Abdullah : "Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?"
Wanita tua : "Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya." (QS. Al-Kahfi : 46) ("Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia")

Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.

Abdullah : "Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?"
Wanita tua : "Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun" (QS. An-Nahl : 16) ("Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk")

Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk. Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.

Abdullah : "Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?" 
Wanita tua : "Wattakhodzallahu ibrohima khalilan" (QS. An-Nisa' : 125) ("Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi") "Wakallamahu musa takliima" (QS. An-Nisa' : 146) ("Dan Allah berkata-kata kepada Musa") "Ya yahya khudil kitaaba biquwwah" (QS. Maryam : 12) ("Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh")

Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut. Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.

Wanita tua : "Fab'atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho'aaman fal ya'tikum bi rizkin minhu." (QS. Al-Kahfi : 19) ("Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu")

Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :

Wanita tua : "Kuluu wasyrobuu hanii'an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah" (QS. Al-Haqqah : 24) ("Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu")

Abdullah : "Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya."

Ketiga anak muda ini secara serempak berkata :

"Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur'an, hanya karena khawatir salah bicara."


Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap :

"Fadhluhu yu'tihi man yasyaa' Wallaahu dzul fadhlil adhiim." (QS. Al-Hadid : 21) ("Karunia Allah yang diberikan kepada orang yang dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang besar")

[Disarikan oleh: DHB Wicaksono, dari kitab Misi Suci Para Sufi, Sayyid Abubakar bin Muhammad Syatha, hal. 161-168] dari Situs Al-Muhajir



Lebih aman saat online.
Upgrade ke Internet Explorer 8 baru dan lebih cepat yang dioptimalkan untuk Yahoo! agar Anda merasa lebih aman. Gratis. Dapatkan IE8 di sini!

Dzikir Setiap Saat

"Hai orang orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan, bertasbihlah kepada-Ku diwaktu pagi dan petang." (QS Alahzab [33]: 41-42).

Allah SWT senantiasa menyanjung dan memuji hamba-hambanya yang selalu berdzikir. Dzikir adalah ruh dari perbuatan baik sebagai bentuk ketaatan menjalani perintah-Nya. Sebuah perbuatan yang baik jika tidak disertai dzikir, maka ia adalah laksana tubuh yang tidak mempunyai ruh. Tubuh yang tidak mempunyai ruh, maka ia dinamakan sebagai mayat. Mayat tak lebih berharga pula, maka dia disebut bangkai.

Shalat, berhaji, dan berjihad hingga ibadah-ibadah sunah lainnya haruslah senantiasa disertai pula dengan dzikir kepada-Nya: "... Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS Aljumu'ah [62]: 10).


Allah telah menegaskan berulang-ulang bahwa kesuksesan dalam beribadah dan kebahagiaan itu terkait dengan memperbanyak mengingat-Nya. Maka, janganlah kamu sekali-kali lupa kepada perintah-perintahnya itu. "Dan, sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS Alaraaf [7]: 205). "Sesungguhnya, perumpamaan orang orang yang berdzikir kepada Allah itu dan orang-orang yang tidak berdzikir kepada-Nya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati." (HR Abu Musa).

"Perumpamaan rumah yang disebut dengan nama Allah di dalamnya dan rumah yang tidak disebut dengan nama Allah di dalamnya adalah seperti orang yang hidup dan orang yang mati." (HR Imam Muslim).

Maka, sesungguhnya mereka yang berdzikir itu ibaratnya seperti orang yang hidup dalam rumah kehidupan. Sedangkan, orang yang lalai berdzikir kepada Allah itu seperti orang yang mati dalam rumah kematian. Jasad orang yang lalai berdzikir kepada Allah adalah kuburan bagi hati mereka, dan hati mereka itu seperti mayat yang ada dalam kuburan.

Orang yang senantiasa tidak lalai mengingat Allah di kala duduk dan berbaring, di kala pagi dan petang, sesungguhnya mereka telah hidup sesuai dengan firman dan petunjuk Allah SWT. Merekalah orang yang beruntung menjalani hidup di dalam rumah kehidupan dunia yang penuh berbagai cobaan sebelum kematian sesungguhnya datang menghampiri.




Akses email lebih cepat.
Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! (Gratis)

Menahan Amarah

''Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.'' (Ali-Imron: 133-134).

Amarah merupakan tabiat manusia yang sulit untuk dikendalikan. Dan, Allah menjadikan orang yang mampu untuk menahan amarahnya sebagai salah satu ciri orang yang bertakwa. Di samping itu Allah akan memberikan pahala kepada orang yang menahan amarahnya lalu memaafkan mereka yang menyakitinya. Allah berfirman, ''Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barang siapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.'' (Asy-Syuura: 40).

Abu hurairah meriwayatkan bahwa pada suatu hari, seorang lelaki mendatangi Rasulullah SAW. Ia berkata kepada beliau. Ya Rasulullah! Nasihatilah saya! Sabdanya, ''Janganlah engkau marah.'' Lalu beliau ulangkan beberapa kali, dan sabdanya, ''Jangan engkau marah.'' (HR Bukhori).

Penekanan Rasulullah SAW di atas menunjukkan betapa pentingnya menahan amarah. Karena ia adalah penyebab terjadinya pertikaian, perpecahan, dan permusuhan. Dan bila ini terjadi, maka akan membawa dampak negatif kepada umat Islam. Oleh sebab itu pula, Islam tidak membenarkan seorang Muslim untuk saling bertikai dan saling berpaling satu sama lain melebihi dari tiga malam. 

Sahabat Abu Bakar ra pernah mendapatkan teguran dari Allah SWT karena kemarahan yang dilakukannya dengan bersumpah untuk tidak memberi apa-apa kepada kerabatnya ataupun orang lain yang terlibat dalam menyiarkan berita bohong tentang diri Aisyah. Allah berfirman, ''Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat-(nya). 

Betapa indahnya dunia ini, jika setiap orang berusaha menahan amarahnya. Pertikaian, kerusuhan, permusuhan di mana-mana tidak akan terjadi. Karena kejahatan yang dibalas dengan kejahatan tidaklah memberikan solusi, namun menambah persoalan dan memperpanjang perselisihan.



Dapatkan alamat Email baru Anda!
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!

ABU DAWUD AS – SIJITANI SULAEMAN BIN AL-ASY’ATS

1. Nama , Kelahiran Dan Sifat-Sifatnya 
Nama lengkapnya : Menurut Ibnu Abi Hatim adalah, "Sulaiman bin Al-Asy'ats bin Syidad bin Amr bin Amir."1 Sedang menurut Al-Khatib Al-Baghdadi, namanya adalah Sulaiman bin Al=Asy'ats bin Syidad bin Amr bin Imran. Dikatakan bahwa kakek kedua Imam Abu Dawud yang bernama Imran adalah salah seorang yang berjuang bersama Ali bin Abi Thalib dalam perang Shiffin."
Kelahirannya : Adz-Dzahabi berkata,"ia lahir pada tahun 202 Hijriyah. Ia sering melakukan rihlah, mengumpulkan hadist, menelurkan karya dan lihai dalam bidang hadist."

Abu Ubaid Al-Ajari berkata,"Aku telah mendengar Abu Dawud berkata, "Aku dilahirkan pada tahun 202 Hijriyah dan aku turut menyalati Affan yang meninggal pada tahun 220 Hijriyah. Ketika aku masuk Mesir, mereka berkata, "Kemarin, Utsman bin Al-Haitsam Al-Muadzin meninggal. Aku juga pernah satu kali mengikuti pengajian Abu Umar bin Adh-Dharir."2 
Sifat-sifatnya : Ibrahim bin Alqamah berkata," Abdullah telah menyerupai Rasulullah dalam memberikan petunjuk, dan Alqamah itu menyerupai Abdullah."
Jarir bin Abdul Humaid berkata." Ibrahim telah menyerupai Alqamah dan Mansyur itu menyerupai Ibrahim."
Selain Jarir berkata , " Sufyan telah menyerupai Mansyur dan Umar bin Ahmad." 
Abu Ali Al-Qauhastani berkata," Waqi Al-Jarrah telah menyerupai Sufyan, Ahmad bin Hambal telah menyerupai Waqi dan Abu Dawud menyerupai Imam Ahmad bin Hambal."
Muhammad bin Bakar bin Abdurrazaq telah berkata dalam kitabnya, " Imam Abu Dawud As – Sijistani itu bejana luas dan bejana sempit."
Ketika di katakan kepadanya, " Yarhamukallah, lalu apa maksud ungkapan itu ?" Maka ia menjawab, " Dia itu berpengetahuan luas dan orang lain membutuhkannya."2 

1 Ibid
2 Siyar A'lam An – Nubala ", 13/204.

2. Sanjungan Para Ulama Terhadapnya
Abu Bakar Al – Khallal berkata, "Abu Dawud adalah seorang imam terkemuka dan pioner di masanya. Selain wira'i, dia juga salah satu ulama yang telah menelurkan karya dalam bidang hadist tanpa ada sebelumnya. Dia meriwayatkan satu hadist dari Ahmad bin Hambal ketika dia mudzakarah (belajar) bersamanya. Ibrahim Al-Ashfahani dan Abu Bakar bin Shadaqah sangat menghormati Abu Dawud. Mereka selalu menyebut-nyebut nama Abu Dawud tidak sebagaimana nama-nama ulama lain di masanya."
Ahmad bin Muhammad bin Yasin Al-Harawi berkata," Dia adalah salah satu ulama yang hafizh dalam Islam karena menghapal dan menguasai banyak hadist Rasulullah berikut makna dan sanad hadist serta illat-illatnya. Dia telah menguasai lebih dari sekedar ibadah, menjauhi perbuatan terlarang yang keji, shalat dan wira'i. Oleh karena itu, dia merupakan pahlawan dalam dunia hadist."4
Al-Hafizh Musa bin Harun berkata," Imam Abu Dawud telah tercipta di dunia ini untuk hadist, dan diakhirat untuk surga,"
Alan bin Abd Ash-Shamad berkata," Aku belajar dari Abu Dawud, dan dia termasuk pahlawan hadist,"5 

1 Tarikh Baghdad,9/58
2 Ibid
3 Tahdzib Al-Kamal, 11/364 dan Tarikh Baghdad, 9/57 
4 Tahdzib Al-Kamal, 11/365
5 Siyar A'lam An-Nubala, 13/212 

Al-Hafizh Abu Abdillah bin Mandah berkata," Ada empat ulama telah menelurkan karya dalam hadistnya. Mereka dapat membedakan hadist shahih dari tidaknya dan hadist yang benar dari salahnya. Mereka adalah Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa'i".
Abu Hatim Ibnu Hibban berkata," Abu Dawud adalah salah seorang imam di dunia yang pandai, berilmu, hafizh, wira'i dan jeli. Dia telah mengumpulkan banyak hadist, membukukannya dan telah mengoreksi karyanya As-Sunan."
Al-Hakim berkata, " Abu Dawud adalah imam ahli hadist di masanya tanpa dapat di ragukan lagi."2
Abu Said Al-Khalil bin Ahmad As-Sajazi Al-Qadhi berkata," Aku telah mendengar Abu Muhammad Ahmad bin Muhammad bin Al-Laits Al-Qadhi berkata, " Suatu ketika Sahal bin Abdillah At-Tasatturi datang menemui Abu Dawud. Setelah tiba seseorang berkata kepadanya," Wahai Abu Dawud, ini adalah Sahal. Ia telah datang untuk berziarah kepadamu."
Kemudian, Abu Dawud menyambutnya dengan gembira, dan mempersilahkan masuk, lalu Sahal berkata kepada Abu Dawud; "Keluarkanlah lidahmu yang sering kamu gunakan untuk memberikan hadist Rasulullah sehingga aku dapat mengecupnya ! " Kemudian Abu Dawud menjulurkan lidahnya dan Sahal pun mengecupnya."
Adz-Dzahabi berkata," Abu Dawud adalah seorang imam dalam hadist, ulama besar dalam bidang fiqih dan kitab karyanya merupakan bukti akan hal itu. Dia termasuk murid Ahmad bin Hambal yang terkemuka. Sewaktu mulazamah (bersama) dengan Ahmadi bin Hambal, dia banyak bertanya kepada Imam Ahmad tentang permasalahan – permasalahan ushul dan furu' secara detil,"
Madzhab Abu Dawud adalah madzhab salaf, mengikuti sunnah dan tidak mau masuk kedalam pembicaraan-pembicaraan yang memojok-mojokan pihak tertentu.3 
Abu Abdillah Al-Hakim berkata, " Tidak dapat disangkal lagi bahwa Abu Dawud adalah imam para ulama ahli hadist di masanya. Dia telah melakukan rihlah ke Mesir, Hijaz, Syam, Irak dan Khurasan. Dia telah menulis hadist di Khurasan sebelum bertolak menuju Irak dan Hirah.
Dia juga telah menulis hadist di daerah Baghlan dari Qutaibah dan di Rai dari Ibrahim bin Musa. Sanad Ali berasal dari Al-Qa'nabi, Muslim bin Ibrahim dan yang lain. Pada awalnya, Abu Dawud berdomisili di Naisabur dan menulis hadist di sana, namun akhirnya dia pergi ke Khurasan bersama anaknya , Abu Bakar."
Musa bin Harun berkata," Aku belum pernah melihat orang yang lebih utama dari Imam Abu Dawud."

1 Ibid. 9/57 
2 Tahdzib At Tahdzib, 4/151
3 Siyar A'lam An-Nubala, 13/215-216

3. Keutamaan Kitab Sunan Abu Dawud
Al-Khathib Al-Baghdadi berkata," Abu Dawud bertempat tinggal di Bashrah, namun dia sering keluar masuk Kota Baghdad. Di sana dia meriwayatkan kitab karyanya Al-Mushannaf fi As-Sunan dan para ulama ahli hadist banyak mengutip darinya. 
Dikisahkan bahwasannya setelah Abu Dawud selesai menulis kitabnya, dia lalu menyodorkan kepada Ahmad bin Hambal dan Imam Ahmad menyatakan baik dan bagus,"3
Al-Khathib dengan sanadnya dari Abu Bakar bin Dasah, ia berkata," Aku pernah mendengar Abu Dawud berkata," Aku telah menulis dari Rasulullah shallahu Alaihi wa Sallam 500.000 (lima ratus ribu) hadist. Kemudian aku memilihnya hingga menjadi 4800 (empat ribu delapan ratus) hadist. Jumlah hadist pilihanku itu termuat dalam kitabku ini. Dalam kitab ini, aku telah mencantumkan hadist shahih, hadist yang menyerupainya dan hadist yang mendekatinya. Cukup bagi manusia untuk urusan agamanya empat hadist berikut ini : 
Pertama; Sabda Rasulullah , " Semua amal itu bergantung dengan niatnya."
Kedua; Sabda Rasulullah," Di antara tanda bagusnya keislaman seseorang adalah apabila ia meninggalkan sesuatu yang tidak ada manfaatnya"
Ketiga; Sabda Rasulullah," Tidak sempurna iman seseorang hingga ia ridha terhadap saudaranya sebagaimana dia ridha terhadap dirinya sendiri."
Keempat; Sabda Rasulullah," Halal itu sudah jelas dan haram itu sudah jelas. Diantara halal dan haram ada permasalahan syubhat."3 
dalam siyar A'lam An-Nubala," 13/210, Adz-Dzahabi memberikan komentar bahwa pernyataan Abu Dawud, " Cukup bagi manusia untuk urusan agamanya hanya dengan empat hadist saja." Adalah tidak boleh dan tidak benar. Alasannya, sesungguhnya bagi seorang muslim itu sangat membutuhkan banyak hadist yang shahih bersama Al-Qur'an. 
Abu Bakar Muhammad bin Ishaq Ash-Shaghani dan Ibrahim Al-Harbi, keduanya berkata," Tatkala Abu Dawud menuangkan hadist dalam kitabnya maka dia telah melunakkan hadist sebagaimana Nabi Dawud Alaihissalam telah melunakan besi,"1
Al-Hakim berkata," Aku telah mendengar Az-Zubair bin Abdilah bin Musa Berkata , " Aku telah mendengar Muhammad bin Makhlad berkata," Abu Dawud telah menguasai 100.000 (seratus ribu) hadist. Tatkala dia telah selesai menuangkannya kepada manusia. Pada waktu itu, kitab karya Abu Dawud bagi ulama ahli hadist seperti Al-Qur'an. Mereka mengikutinya dan tidak ada yang melangganya. Para ulama di masa Abu Dawud telah mengakui bahwa Abu Dawud adalah orang hafizh dan pioner dalam bidang hadist,"2 

4. Kriteria Syarat yang Diterapkannya dalam Sunan Abu Dawud
Ibnu Dasah berkata, " Aku telah mendengar Abu Dawud berkata," Aku masukan dalam kitabku As-Sunan ini hadist yang kadarnya shahih dan mendekati shahih. Apabila terdapat sanad hadist yang wahn syadid (sangat lemah), maka aku akan menjelaskannya."
Adz-Dzahabi menambahkan ," Dalam mencantumkan hadist dalam kitabnya ini, Abu Dawud telah berusaha secara maksimal menurut kemampuan ijtihadnya untuk menjelaskan hadist yang menurutnya sanadnya wahn syadid dan yang dimungkinkan wahn. Sedangkan hadist yang didiamkan Abu Dawud, tapa diiringi penjelasan, maka hadist tersebut baginya adalah hadist hasan. Terlebih lagi apabila kami, para ulama, telah memberikan hokum bahwa hadist tersebut adalah hasan. 
Istilah 'hadist hasan' adalah istilah baru dalam dunia hadist. Dalam pengertian salaf, hadist hasan termasuk hadist shahih yang hukumnya wajib diamalkan, demikianlah pendapat jumhur ulama. Sedang bagi imam Al-Bukhari yang diikuti Imam Muslim, hadist hasan hukumnya marghub fih (dianjurkan dengan sangat untuk diamalkan). Alasannya adalah karena hadist yang demikian itu kedudukannya berada di bawah hadist shahih dan diatas hadist dhaif. 
Kalau hadist yang didiamkan Abu Dawud dalam kitabnya tidak termasuk hadist shahih, maka hadist tersebut berada dalam tingkatan antara hadist hasan dan hadist dhait yang tidak bisa digunakan hujjah. Padahal, hadist-hadist dalam kitab Sunan Abu Dawud yang paling shahih itu sebagaimana hadist yang telah dikeluarkan syaikhaini, Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.
Kemudian, tingkatan hadist berikutnya sebagaimana hadist yang dikeluarkan salah satu syaikhaini, lalu sebagaimana yang telah syaikhaini senangi untuk mengeluarkannya dan tingkat selanjutnya adalah yang di senangi salah satu syaikhaini. Sanad hadist yang demikian itu adalah jayyid (bagus) dan tidak mempunyao illat yang syadz. 
Adapun tingkat berikutnya adalah hadist yang sanadnya shaleh (cukup memadai) dan bisa diterima para ulama karena datangnya matan hadist serupa dengan sanad lain, baik hadist tersebut jumlahnya dua atau lebih dengan sanad yang lain, baik hadist tersebut jumlahnya dua atau lebih dengan sanad yang sama-sama layyin (lemah). Sanad –sanad yang layyin ini, satu sama lain saling menguatkan.
Tingkat berikutnya adalah hadist yang sanadnya dianggap dhaif akibat kemampuan menghafal perawinya naqish (kurang). Untuk perawi yang kadarnya demikian ini, Abu Dawud kebanyakan jarang memberikan keterangan. 
Berikutnya adalah tingkatan hadist yang perawinya dhaif dimana Abu Dawud mengiringinya dengan keterangan. Terkadang sekali Abu Dawud diam tanpa memberikan keterangan apabila perawi tersebut kadar kedhaifannya sudah masyhur,"1

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, "Perkataan Abu Dawud bahwa apabila dia meriwatkan hadist dengan sanad yang wahn syadid, maka dia telah menjelaskannya" dapat dipahami bahwa apabila perawi itu tidak terlalu lemah, maka dia tidak akan menjelaskannya. Berangkat dari sini, dapat disimpulkan bahwa semua hadist yang sanadnya didiamkannya bukanlah hadist hasan apabila hadist tersebutdatang dari arah yang lain. 
Kedua tipe ini, hadist yang didiamkan tanpa ada riwayat lain yang mendukungnya dan hadist yang didiamkan tetapi datang dari arah lain, jumlahnya sangat banyak.
Diantara hadist tersebut terdapat hadist dhaif karena umumnya diriwayatkan perawi yang ulama tidak sepakat untuk meninggalkan hadistnya. Semua pembagian hadist menurut Abu Dawud dapat digunakan hujjah . Ibnu Mandah mengutip pernyataan Abu Dawud bahwasannya dia terpaksa mencantumkan hadist dhaif apabila dalam bab itu tidak dijumpai selain hadist dhaif tersebut."
Imam An-Nawawi berkata," Ada beberapa hadist dalam Sunan Abu Dawud yang secara lahirnya dhaif, akan tetapi dia tidak menjelaskannya. Menyikapi hadist yang demikian ini, sepanjang tidak ada penjelasan shahih atau hasan dari ulama yang pantas diikuti dan dijadikan pegangan, menurut pendapat yang hak, hadist tersebut adalah hasan. 
Sedangkan, apabila ada pernyataan dari ulama yang bisa di jadikan pegangan atau ada seorang bijak yang melihat bahwa di dalam sanad hadist terdapat unsur yang mengharuskan untuk mendhaifkannya, sedang di sisi lain tidak dijumpai datangnya riwayat lain, maka hadist tersebut adalah dhaif. Oleh karena itu jangan terpengaruh pada sikap diam Abu Dawud setelah menuturkan hadist dalam kitabnya,"1
Penahqiq Siyar A'lam An-Nubala' berkata," Abu Dawud telah meriwayatkan hadist dari sekelompok perawi dhaif tanpa menjelaskannya. Di antara mereka itu adalah; Ibnu Luhai'ah, Shaleh budak At-Tu'amah, Abdullah bin Muhammad bin Uqail, Musa bin Wardan dan Salamah bin Al-Fadhl.
Oleh karena itu, tidak seharusnya bagi kritikus untuk bertaklid mengikuti Abu Dawud yang tidak memberikan penjelasan terhadap para perawi dan menggunakannya sebagai hujjah. Kritikus seharusnya mengambil langkah untuk melihat dan memperhatikan apakah hadist tersebut diikuti hadist lain atau hadist itu adalah hadist gharib? Apabila perawi hadist berbeda penyawatannya dengan perawi yang lebih tsiqah darinya, maka hadist perawi dhaif tersebut kedudukannya akan turun menjadi hadist mungkar. 
Sesungguhnya, Abu Dawud telah meriwayatkan hadist dari para perawi yang lebih dhaif lagi semisal Harits bin Hayyah, Shadaqah Ad-Daqiqi, Amr bin Waqid Al-Umri, Muhammad bin Abdirrahman Al-Bailamani, Abu Hayyan Al-Kalabi, Sulaiman bin arqam dan isqak bin Abdillah bin Abi Farwah. Mereka semuanya adalah matruk (hadistnya di tinggalkan).
Dalam Sunan Abu Dawud juga terdapat hadist yang sanadnya munqathi'(terputus), hadist mudallas dengan 'an'anah dan perawi yang namanya disamarkan. Terhadap perawi yang demikian ini, tidak selayaknya hadist riwayat mereka diberi hukum hasan karena Abu Dawud mendiamkannya tanpa memberikan penjelasan.
Sebuah catatan penting, Abu Dawud mendiamkan mereka karena beberapa faktor, diantaranya adalah : 
Pertama; Telah dijelaskan dalam pembahasan di depannya.
Kedua; Karena lupa.
Ketiga; Perawi tersebut sangat lemah dan ulama telah sepakat untuk tidak mengambil hadist darinya semisal Abu Al-Huwairits dan Yahya bin Al-Ala'.
Keempat; Ini yang paling sering terjadi, yaitu perbedaan pendapat dari para ahli hadist orang yang meriwayatkan hadist darinya. Sesungguhnya riwayat Abdul Hasan bin Al-Abd darinya adalah contoh riwayat yang banyak mendapatkan reaksi tidak sebagaimana riwayat Al-Lu'lu;."1

5. Guru dan Murid-muridnya 
Guru-gurunya: Al-Hafizh berkata, " Abu Dawud meriwayatkan hadist dari Abu Salamah At-Tabudzaki, Abul Walid Ath-Thayalasi, Muhammad bin Katsir Al-Abdi, Muslim bin Ibrahim, Abu Umar Al-Haudi, Abu Taubah Al-Halabi, Sulaiman bin Abdirrahman ad-Dimasyqi.
Juga, Said bin Sulaiman Al-Wasithi, Shufwan bin Sahleh Ad-Dimasyqi, Abu Ja'far An-Nuqaili, Ahmad, Ali, Yahya, Ishaq, Qathn bin Nusair, dan masih banyak lagi, baik dari Irak, Khurasan, Syam, Mesir, Jazirah maupun dari daerah lain."
Murid-muridnya: sebagaimana dikatakan Al-Hafizh antara lain adalah; Abu Ali Muhammad bin Ahmad bin Amr Al-Lu'lu', Abu Ath-Thayib Ahmad bin Ibrahim bin Abdirrahman Al-Asynani, Abu Amr Ahmad bin Ali bin Al Hasan Al-Bashari, Abu Said Ahmad bin Muhammad bin Ziyad Al-A'rabi, Abu Bakar Muhammad bin Abdurrazaq bin Dassah, Abdul hasan Ali bin Al-Hasan bin Al-Abd Al-Anshari, Abu Isa Ishaq bin Musa bin Said Ar-Ramali Warraqah dan Abu Usamah Muhammad bin Abdil Malik bin Yazid Ar-Ruwas. Mereka semua perawi Kitab Sunan Abu Dawud dari Abu Dawud. 
Sedang Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Ya'kub Al-Mutusti Al-Bashari adalah perawi Kitab AR-Rad'ala Ahl Al'Qadr dari Imam Abu Dawud. Abu Bakar Ahmad Sulaiman An-Najjar adalah perawi Kitab An-Nasikhwa Al-mansukh; Abu Ubaid Muhammad bin Ali bin Utsman Al-Ajari Al-Hafizh adalah perawi kitab Al-Masa'il darinya; dan ismail bin Muhammad Al-Muzhaffar adalah perawi Musnad Malik dari Imam Abu Dawud. 
Termasuk muridnya juga antara lain ; Abu Abdurrahman An-Nasa'I, Abu Isa At-Tirmidzi, Harb bin Ismail Al-Karmani, Zakaria As-Saji, Abu bakar Ahmad bin Muhammad bin Harun Al-Khalal Al-Hambali, Abdullah bin Ahmad bin Musa Abdan Al-Ahwaji, Abu Basyar Abu Bakar bin Ahmad Ad-Dulabi, Abu Awwanah Ya'qub bin Ishaq Al-Asfarayini, anak Abu Dawud yang bernama Abu Bakar, Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Ad-Dunya. 
Juga, Ibrahim bin Humaid bin Ibrahim bin Yunus Al-Aquli, Abu Hamid Ahmad bin Ja'far Al-Ashfahani, Ahmad bin Ma'la bin Yazid Ad-Dimasyqi, Ahmad bin Muhammad Yasin Al-Harawi, Al-Hasan bin Shahib Asy-Syasyi, Al-Husain bin Idris Al-Anshari, Abdullah bin Muhammad bin Abdil Karim Ar-Razi, Ali bin Abd Ash-Shamad Na'imah, Muhammad bin Makhlad Ad Duri, Muhammad bin Ja'far bin Al-Mustafadh Al-Faryabi, Abu Bakar Muhammad bin Yahya Ash-Shuli dan masih banyak yang lain,"1 

6. Atsarnya
1. As-Sunan
Telah dijelaskan di depan tentang kelebihan kitab tersebut berikut kriteria hadist yang telah dicantumkan di dalamnya. Banyak ulama telah memberikan syarah kitab ini, diantaranya adalah Al-Khaththabi yang meninggal pada tahun 388 hijriyah dengan nama Ma'alim As-Sunan.
Sedangkan, syarah yang paling terkenal dan paling banyak beredar adalah 'Aun Al-Ma'bud Syarh Sunan Abu Dawud karya Abu Ath-Thayib Muhammad bin Syamsul Haq Abadi dan Syarah Ibnul Qayyim Al-Jauziyah Al-Hafizh.
2. Az-Zuhd 
Kitab ini telah dicetak oleh Dar Al-Mansya'ah Li An-Nasyr wa At-Tauzi' dengan tahqiq Yasir bin Ibrahim bin Muhammad dan Ghanim bin Abbas bin Ghanim. Kitab Az-Zuhd ini dari riwayat Ibnul A'rabi dari Abu Dawud As-Sijistani.
Abu Dawud telah menulisnya berdasarkan musnad sahabat dan tabi'in. Dia memulai dengan menyebutkan sebagian atsar tentang Bani Ismail, kemudian hadist sepuluh sahabat yang mendapatkan kabar gembira surga kecuali Said bin Zaid. Isi kitab ini mencapai 521 atsar yang di dominasi oleh nama-nama Tabi'in terkemuka. 
3. Sebuah risalah tentang perjalanan dan lika-liku Abu Dawud dalam menelurkan Sunan Abu Dawud. Risalah ini telah terbit dengan tahqiq Muhammad Zahid Al-Kautsari, Kairo, 1369 Hijriyah.
4. Al-Marasil
Kitab ini juga telah dicetak di Kairo, 1310 Hijriyah. 
Selain nama-nama diatas, Abu Dawud juga mempunyai karya lain, seperti Kitab Ar-Rijal, Al-Qadr dan Al-Masa'il yang berisi permasalahan-permasalahan yang Abu Dawud tidak sependapat dengan Ahmad bin Hambal.
Disamping itu, dia juga mempunyai karya kitab Tasmiyah Ukhuwwah Al-Ladzina Ruwiya 'Anhum Al-Hadist. Keterangan lebih jelasnya, silahkan melihat Tarikh At-Turats, 1/238, karya Fu'ad Sazkin.

7. Sebagian Kisah dan Mutiara Katanya
Al-Khaththabi berkata, " Abdullah bin Muhammad Al-Maska telah memberikan kabar kepadaku, ia berkata, " Abu Bakar Ibnu Jabir, pelayan Abu Dawud, telah memberikan kabar kepadaku, dia berkata," Waktu itu aku bersama Abu Dawud di Baghdad. Ketika aku tengah shalat Maghrib, tiba-tiba datang seorang amir bernama Abu Ahmad Al-Muwaffaq. 
Ketika amir masuk, dan Abu Dawud melihat kedatangannya, maka dia menyambutnya. Abu Dawud berkata," Ada apakah gerangan sehingga amir datang kemari di waktu seperti ini?"
Amir itu menjawab," Yang membuatku datang kemari adalah tiga hal." Ketika Abu Dawud menanyakan tiga hal tersebut, amir pun menjelaskan maksudnya dengan berkata, " Aku meminta agar kamu pindah dari sini dan ambilah Bashrah sebagai tempat tinggalmu agar orang-orang yang mencari ilmu datang kepadamu untuk menimba ilmu dan berguru kepadamu. Sesungguhnya semangat mencari ilmu kini telah merosot akibat peristiwa Az-Zanji, ini yang pertama.
Keduanya, ajarkan kepada anak-anakku hadist, dan ketiganya adalah buatlah pertemuan khusus buat anak-anakku. Sesungguhnya anak penguasa tidak bisa duduk bersama masyarakat umum,"
Abu Dawud lalu berkata," Yang pertama dan yang kedua aku dapat menyanggupinya. Adapun yang ketiga, aku tidak bisa melakukannya. Sesungguhnya semua manusia dalam hal ilmu adalah sama."
Ibnu Jabir menambahkan, Anak-Anak amir itu akhirnya datang dan duduk dalam pengajian Abu Dawud dengan satir pembatas dari peserta pengajian yang lain,"1
Al-Khathib meriwayatkan dengan sanad dari Abu Bakar bin Abi Dawud, ia berkata," Aku telah mendengar ayahku berkata, " Syahwat yang tersamar adalah cinta kekuasaan,"2 
Dalam kesempatan yang lain, Abu Bakar bin Abi Dawud berkata, " Aku pernah mendengar ayahku sedang berkata,"Sebaik-baik pembicaraan adalah sesuatu yang masuk ketelinga tanpa ada izin,"3
Abu Ubaid Al-Ajari berkata, " Abu Dawud meninggal pada tanggal 16 Syawal tahun 275 Hijriyah."4[*]



Terhubung langsung dengan banyak teman di blog dan situs pribadi Anda?
Buat Pingbox terbaru Anda sekarang!