Jumat, 14 November 2008

"Di belakang setiap pria sukses Ada seorang wanita, Dan setelah itu, baru sang istri"

Nasrudin Dan Tiga Orang Bijak

Pada suatu Hari Ada tiga orang bijak yang pergi berkeliling negeri untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan yang mendesak. Sampailah mereka pada suatu Hari di desa Nasrudin. Orang-orang desa ini menyodorkan Nasrudin sebagai wakil orang-orang yang bijak di desa tersebut. Nasrudin dipaksa berhadapan dengan tiga orang bijak itu Dan di sekeliling mereka berkumpullah orang-orang desa menonton mereka bicara.
Orang bijak pertama bertanya kepada Nasrudin, ''Di mana sebenarnya pusat bumi ini?''
Nasrudin menjawab, ''Tepat di bawah telapak kaki saya, saudara.''
''Bagaimana bisa saudara buktikan hal itu?'' tanya orang bijak pertama tadi.
''Kalau tidak percaya,'' jawab Nasrudin, ''Ukur saja sendiri.''
Orang bijak yang pertama diam tak bisa menjawab.
Tiba giliran orang bijak kedua mengajukan pertanyaan. ''Berapa banyak jumlah bintang yang Ada di langit?''


Nasrudin menjawab, ''Bintang-bintang yang Ada di langit itu jumlahnya sama dengan rambut yang tumbuh di keledai saya ini.''
''Bagaimana saudara bisa membuktikan hal itu?''
Nasrudin menjawab, ''Nah, kalau tidak percaya, hitung saja rambut yang Ada di keledai itu, Dan nanti saudara akan tahu kebenarannya.''
''Itu sih bicara goblok-goblokan,'' tanya orang bijak kedua, ''Bagaimana orang bisa menghitung bulu keledai.''


Nasrudin pun menjawab, ''Nah, kalau saya goblok, kenapa Anda juga mengajukan pertanyaan itu, bagaimana orang bisa menghitung bintang di langit?''


Mendengar jawaban itu, is bijak kedua itu pun tidak bisa melanjutkan.
Sekarang tampillah orang bijak ketiga yang katanya paling bijak di antara mereka. Ia agak terganggu oleh kecerdikan nasrudin Dan dengan ketus bertanya, ''Tampaknya saudara tahu banyak mengenai keledai, tapi coba saudara katakan kepada saya berapa jumlah bulu yang Ada pada ekor keledai itu.'' ''Saya tahu jumlahnya,'' jawab Nasrudin, ''Jumlah bulu yang Ada pada ekor kelesai saya ini sama dengan jumlah rambut di janggut Saudara.''


''Bagaimana Anda bisa membuktikan hal itu?'' tanyanya lagi. ''Oh, kalau yang itu sih mudah. Begini, Saudara mencabut selembar bulu dari ekor keledai saya, Dan kemudian saya mencabut sehelai rambut dari janggut saudara. Nah, kalau sama, maka apa yang saya katakan itu benar, tetapi kalau tidak, saya keliru.''


Tentu saja orang bijak yang ketiga itu tidak mau menerima cara menghitung seperti itu. Dan orang-orang desa yang mengelilingi mereka itu semakin yakin Nasrudin adalah yang terbijak di antara keempat orang tersebut. (dari buku humor Sufi II terbitan Pustaka Firdaus)

Takut Miskin di Akhirat


Mengingat harga-harga barang kebutuhan terus meningkat, seorang pemuda selalu mengeluh karena tak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setelah berdiskusi dengan seorang kiai makrifat, pemuda itu pun mengikuti anjurannya untuk menjalankan shalat Hajat serta tetap istiqomah melaksanakan shalat wajib lima waktu.

''Pak Kiai, tiga tahun sudah saya menjalankan ibadah sesuai anjuran Bapak. Setiap Hari saya shalat Hajat semata-Mata agar Allah SWT melimpahkan rezeki yang cukup. Namun, sampai saat ini saya masih saja miskin,'' keluh is pemuda.

''Teruskanlah Dan jangan berhenti, Allah selalu mendengar doamu. Suatu saat nanti pasti Allah mengabulkannya. Bersabarlah!'' Jawab sang kiai.

''Bagaimana saya bisa bersabar, kalau semua harga kebutuhan serba naik! Sementara saya masih juga belum mendapat rezeki yang memadai. Bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan hidup?''

''Ya tentu saja tetap dari Allah, pokoknya sabar, pasti Ada jalan keluarnya. Teruslah beribadah.''

''Percuma saja Pak Kiai. Setiap Hari shalat lima waktu, shalat Hajat, shalat Dhuha, tapi Allah belum juga mengabulkan permohonan saya. Lebih baik saya berhenti saja beribadah...'' jawab pemuda itu dengan kesal.

''Kalau begitu, ya sudah. Pulang saja. Semoga Allah segera menjawab permintaanmu,'' timpal kiai dengan ringan.

Pemuda itu pun pulang. Rasa kesal masih menggelayuti hatinya hingga tiba di rumah. Ia menggerutu tak habis-habisnya hingga tertidur pulas di kursi serambi. Dalam tidur itu, IA bermimpi masuk ke dalam istana yng sangat luas, berlantaikan emas murni, dihiasi dengan lampu-lampu terbuat dari intan permata. Bahkan beribu wanita cantik jelita menyambutnya. Seorang permaisuri yang sangat cantik Dan bercahaya mendekati is pemuda.

''Anda siapa?'' tanya pemuda.
''Akulah pendampingmu di Hari akhirat nanti.''
''Ohh... Lalu ini istana siapa?''
''Ini istanamu, dari Allah. Karena pekerjaan ibadahmu di dunia.''
''Ohh... Dan taman-taman yang sangat indah ini juga punya saya?''
''Betul!''
''Lautan madu, lautan susu, Dan lautan permata juga milik saya?''
''Betul sekali.''

Sang pemuda begitu mengagumi keindahan suasana syurga yang sangat menawan Dan tak tertandingi. Namun, tiba-tiba IA terbangun Dan mimpi itu pun hilang. Tak disangka, IA melihat tujuh mutiara sebesar telor bebek. Betapa senang hati pemuda itu Dan ingin menjual mutiara-mutiara tersebut. Ia pun menemui sang kiai sebelum pergi ke tempat penjualan mutiara.

'
'Pak Kiai, setelah bermimpi saya mendapati tujuh mutiara yang sangat indah ini. Akhirnya Allah menjawab DOA saya,'' kata pemuda penuh keriangan.

''Alhamdulillah. Tapi perlu kamu ketahui bahwa tujuh mutiara itu adalah pahala-pahala ibadah yang kamu jalankan selama 3 tahun lalu.''

''Ini pahala-pahala saya? Lalu bagaimana dengan syurga saya Pak Kiai?''
''Tidak Ada, karena Allah sudah membayar semua pekerjaan ibadahmu. Mudah-mudahan kamu bahagia di dunia ini. Dengan tujuh mutiara itu kamu bisa menjadi miliader.''

''Ya Allah, aku tidak mau mutiara-mutiara ini. Lebih baik aku miskin di dunia ini daripada miskin di akhirat nanti. Ya Allah kumpulkan kembali mutiara-mutiara ini dengan amalan ibadah lainnya sampai aku meninggal nanti,'' ujar pemuda itu sadar diri. Tujuh mutiara yang berada di depannya itu hilang seketika. Ia berjanji tak akan mengeluh Dan menjalani ibadah lebih baik lagi demi kekayaan akhirat kelak. [dari guyon orang-orang makrifat, wibi AR]

Tidak ada komentar: